Selasa, 21 April 2015

Beberapa saat untuk beberapa masa

    Selamat pagi nona Manis,selamat pagi wanita bersahaja,selamat pagi dewi ketenangan...lama sudah aku tidak pernah mendengar satu bait cerita tentang hari demi hari mu yang pernah sempat ku dengar hampir di setiap hari nya. Aku rindu itu semuanya,kabar mu baik? Raut mu begitu indah untuk ku renungkan,jiwa mu yang tenang namun penuh dengan kedigdayaan seorang wanita muda,bak sang Kartini yang sedang memperjuangkan hak2 sebagian banyak orang. Tutur kata yang mengayun indah,lembut namun tegas,setegas saat kau mengatakan,Maaf jika kita tidak akan pernah menjadi lebih dari sekedar teman. Aku rindu itu,sudah sekain lama aku tak tau bagai mana dan  apa yang sedang kau senangi saat ini,sudah sangat lama,sejak kau mulai membuat keputusan untuk menyerahkan rasa mu kepada seorang pria yang begitu beruntung. Bait demi bait tidak akan pernah cukup untuk menceritakan semua rasa yang pernah aku simpan serapih mungkin selama bertahun-tahun,sejak kali pertamanya aku melihat satu ciptaan terindah Tuhan. Rasa yang membuat pertarungan besar didalam hati,tak sebentar aku mencintai mu dalam diam dan sakit. Rasa yang benar dan sebenarnya ku simpan dan ku nikmati sendiri. Tahukah kau,saat kau menegaskan bahwa kita tidak akan pernah lebih dari sekedar dari teman,itu sakit sebagaimana seorang lelaki saat tertolak oleh sang pujaan,tetapi itu wajar menurut ku,karena memang jika di sama kan dari setiap sisi kita,kita hanya sama-sama makhluk ciptaan Tuhan,kau bersujud dan aku rusak. Dan rasanya sangat mustahil untuk itu,untuk kita bersama,untuk membuat mu mnejadi wanita yang aku indahkan setiap saatnya. Tetapi,ada rasa yang lebih sakit dari sekedar penegasan mu saat itu,yaitu pernyataan mu bahwa ada seorang pria beruntung yang sudah bisa menaklukkan dan sudah bisa mencairkan hati mu yang membatu dan membeku laksana es di kutub utara. Kau tau sakitnya? semoga kau tidak pernah rasakan,aku berdoa untuk itu. Tau kah engkau nona,bahwa seandainya beberapa tahun lalu aku tau bahwa aku akan berbicara jujur sejujurnya tentang rasa yang sudah hampir memfosilkan diri di dalam hati terhadap mu,mungkin aku akan berbenah diri,setidaknya tidak serusak dan sehina ini sekarang. Aku berfikir bahwa ini hanya akan menjadi satu rasa yang terus tersimpan di dalam hati,yang tak patut untuk aku bicarakan dengan mu. Kau tau,aku seperti membenci diri ku sendiri saat akan berbicara banyak soal rasa terhadap mu,karena diri dan tubuh ini sudah rusak dan terlalu hina untuk itu. Tapi,apapun itu,satu hal yang selalu aku jadikan acuan di dalam hidup,aku adalah seorang pria,yang jatuhnya akan terus mengatakan apa pun yang menjadi ganjalan didalam hidup. Seburuk apapun resikonya. Apa kamu pernah tau,apa yang aku pikirkan saat kau memberitahu bahwa pria beruntung itu sudah membuat hati mu yang beku mencair? Tuhan pun sulit memprediksinya,mungkin. Sekarang,sudah beberapa bulan sejak penegasan itu,kita kembali seperti semula,seperti orang yang sama sekali tidak pernah mengenal. Kita seperti orang asing yang sama sekali tidak pernah bertemu. Mungkin tak guna juga jika kau kembali merespon ku,toh hanya akan buang-buang waktu mu saja. Kita memang tidak punya cerita yang banyak untuk di bahas bersama,semenjak aku bercerita soal rasa itu,hanya satu kali kita bertemu,itu pun hanya beberapa saat dan hanya di pinggiran jalan yang banyak orang lalu lalang disatu kota,kota kelahiran mu. Tetapi masa itu,sedetik pun tak pernah ku lepaskan pandangan dari setiap keindahan diri mu,entah karena memang seruan hati,bahwa ini hanya akan terjadi saat ini,satu kali ini,untuk pertama dan terakhir,dan tidak akan ada lagi,sampai kapan pun. Dan itu sebenarnya memang terjadi. terimakaish untuk masa itu,waktu yang beberapa saat yang akan aku ingat setiap waktunya,dan aku akan menyambangi tempat itu jika nanti kembali singgah kekota mu. Aku rindu,aku rindu dan rindu teramat nona Manis.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar